Rabu, 15 Januari 2014

JURNAL 1

Potency and the Role of Credit Union In
Poverty Alleviation Through Perspective Rural
Economic Development

(POTENSI DAN PERAN KREDIT DI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PEMBANGUNAN PEDESAAN PERSPEKTIF EKONOMI)
JURNAL 1
Sebuah studi empiris tentang Credit Union di daerah pertanian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja Credit Union dalam perspektif pembangunan ekonomi pedesaan telah dilakukan di Kalimantan pada pertengahan 2010 melalui pendekatan partisipatif untuk memahami penggunaan pedesaan kelompok dan wawancara individu yang melibatkan wawancara, administrator, manajer dan pengguna Credit Union .
Pembangunan ekonomi pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, keberhasilannya disumbangkan oleh banyak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan.
Dalam kelangkaan modal jangka panjang dapat menjadi entry point dari siklus rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang sulit untuk memotong. Meskipun kemiskinan tidak dibatasi oleh aspek-aspek faktual spasial dan sktoral, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang miskin berada di daerah pedesaan.Pemiliknya untuk mengatasi kelangkaan modal, pelaku ekonomi pedesaan biasanya mencari tambahan modal dari berbagai sumber, baik dari lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan non-formal .
Pertumbuhan dan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia, banyak terinspirasi oleh keberhasilan Muhammad Yunus dalam pengembangan LKM di Bangladesh yang terkenal Grameen Bank (GB). Banyak orang melihat model Grameen Bank sebagai model pendekatan yang sukses dalam mengentaskan kemiskinan.
Berdasarkan bentuk umum LKM dibagi menjadi tiga yaitu: (1) lembaga formal seperti bank desa dan koperasi, (2) lembaga semi-formal seperti lembaga swadaya masyarakat, dan (3) sumber - sumber informal seperti rentenir (Wijono, 2005 ). Bank Indonesia hanya membagi LKM menjadi dua kategori, yaitu LKM bank yang nyata dan non-bank.

Data rinci yang diperlukan:
1. Profil berbagai Credit Union di Kalimantan, mulai dari jumlah (unit), posisi kredit (jumlah pelanggan dan jumlah uang) dan menyimpan posisi (jumlah pelanggan dan jumlah uang)
2. Peran potensial dan serikat kredit di Kalimantan, besarnya lembaga, jumlah penyerapan tenaga kerja, kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal, besarnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
3. Infrastruktur dan kondisi kelembagaan Kalimantan Credit Union yang mencakup aspek regulasi, regulator, likuiditas jaminan pengembangan, penilaian dan asosiasi.

1. Keberadaan Credit Union 
Hasil identifikasi di lapangan ada beberapa temuan bahwa ada tiga kategori Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tumbuh, LKM perbankan, koperasi dan LKM LKM non-Bank tidak kooperatif. Masing - masing LKM menerapkan skema pinjaman yang berbeda. Bank LKM pola operasional mengikuti pendekatan perbankan konvensional, lembaga keuangan mikro koperasi menerapkan pola simpan pinjam sedangkan LKM bukan Bank Koperasi pola yang tidak operasional bervariasi.
Salah satu bentuk non-Bank LKM tidak tercermin dalam Koperasi Credit Union.Manajemen keuangan oleh Uni Credit pada dasarnya merupakan bentuk manajemen keuangan dengan sistem bergulir. Modal yang digunakan berasal dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat
.
2. Manajemen Credit Union of Faktor Kritis
Keuntungan dari usaha mikro yang telah diuji sampai saat ini adalah perlawanan terhadap guncangan krisis ekonomi, selain pengusaha mikro biasanya debitur yang patuh membayar kewajiban kredit mereka
.
3. Perspektif Credit Union Dalam Sektor Pertanian
Belajar dari keberhasilan pengelolaan Credit Union secara umum untuk diterapkan dalam membangun serikat kredit adalah sektor pertanian pada dasarnya hanya dapat dilakukan dengan mengaokomodasi beberapa pola yang telah dikembangkan untuk membuat penyesuaian yang berkaitan dengan pertanian
4. Credit Union Strategis Langkah Inisiasi
Strategi utama untuk memulai pembentukan dan pengembangan Credit Union untuk sektor pertanian di samping harus tetap didasarkan pada prinsip - prinsip operasional kelembagaan sehingga harus dilakukan melalui tahapan
.
KESIMPULAN
1. Credit Union mengakui keberadaan masyarakat memiliki peran strategis sebagai kegiatan ekonomi masyarakat perantara
2. Layanan faktual Credit Union telah menunjukkan keberhasilan, tetapi keberhasilan
masih bias dalam usaha ekonomi di luar sektor pertanian, skema kredit untuk serikat
kredit pertanian belum diberikan prioritas.

REFERENSI 
Ashari. 2008. Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pembangunan. Analisis Kebijakan Pertanian Volume 4 No 2: 146-164.
Budiantoro, S. 2003. Lembaga Keuangan Mikro Bill: Jangan Jauhkan Dari Lembaga Keuangan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Th. Nomor II. 8.
Hendayana, Rachmat dan Bustaman, Sjahrul. 2007. Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Perspektif. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Lopez, Zulkarnain. 2007. Dampak Distribusi Kredit berdasarkan Credit Union Business Kinerja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Petani dan Petani. Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No 3: 275-284.
Martowijoyo, S. 2002. Dampak Lembaga Pedesaan Terhadap Kinerja Sistem Perkreditan Bank. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Th. I No 5.
Risqi, Tom. 2003. Apakah ada kontribusi dari Kredit Mikro dalam Pemberantasan Kemiskinan. Kompas artikel surat kabar.
Sumodiningrat, G. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Penanggulangan Menanggunalangi Associated Dengan Kebijakan Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Pertanian. Artikel Th. Nomor II. 1.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar