Kamis, 20 Juni 2013


 Wajah perekonomian indonesia


Wajah perekonomian indonesia akan menghadapi kekuatan dan kesempatan bangkit dari keterpurukan dalam hal ini dimana SDM mulai mampu memahami dan menyadari bahwa korupsi akan menyengsarakan bagi masyarakat yang telah memilih nya. Dan akhir-akhir ini di surat kabar dan berita-berita media masa   Indonesia telah mencatat beberapa prestasi gemilang. Prestasi yang cukup menonjol adalah nilai IHSG telah menembus angka psikologis dan juga di susul dengan stabil nya ekonomi makro dan menguat nya rupiah atas dollar.

Akan tetapi semua indikator makro ekonomi yang telah dikemukaan di atas memang tidak ada yang menyangkal, bahwa itu semua adalah benar adanya. Akan tetapi, menilai perbaikan ekonomi hanya dari indikator makro sesungguhnya sangat menyesatkan. Semua fakta prestasi itu akan dengan mudah dipatahkan oleh fakta-fakta yang kongkret di lapangan.
Indikator-indikator di sektor riil kondisinya justru sebaliknya. Tingginya tingkat pengangguran dan warga miskin, melorotnya kapasitas industri, semakin banyaknya perusahaan yang bangkrut dan tingkat kesejahteraan ekonomi rakyat yang semakin jatuh.

hal diatas disebabkan karena membludaknya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang terjadi hanya di suatu wilayah. disebabkan karena adanya ketimpangan dari sistem pembangunan ekonomi yang tidak merata, dan seharus nya dimasa depan kita berharap pemimpin yang lebih baik dari segi intelek dan bijaksana .


Multinasional/corporate Sebuah Agresi pada wirausahawan

 Nama : Dina Fidiasari
 Kelas :1eb17
 NPM : 22212163

Perusahaan multinasional adalah faktor penting dalam proses globalisasi. Pemerintah pusat dan daerah sering bersaing satu sama lain untuk menarik fasilitas MNC, dengan harapan peningkatan pendapatan pajak, tenaga kerja, dan kegiatan ekonomi. Untuk bersaing, kekuatan politik mendorong ke arah otonomi yang lebih besar bagi perusahaan, atau keduanya. MNC memainkan peran penting dalam mengembangkan perekonomian negara-negara berkembang seperti investasi di negara-negara menyediakan pasar dengan MNC, tetapi menyediakan lapangan kerja pilihan, multi barang dll

Di sisi lain, ekonom Jagdish Bhagwati berpendapat bahwa murah negara sumber dan perlindungan lingkungan dan sosial yang lemah, perusahaan multinasional sebenarnya 'perlombaan ke puncak' daripada perlombaan ke bawah. Sementara perusahaan multinasional tentu akan melihat beban pajak yang rendah atau biaya tenaga kerja yang rendah sebagai unsur keunggulan komparatif, Bhagwati sengketa adanya bukti yang menunjukkan bahwa MNC sengaja menyediakan sendiri peraturan lingkungan longgar atau standar kerja yang buruk. Sebagai Bhagwati telah menunjukkan, keuntungan MNC terikat pada efisiensi operasional, yang mencakup tingkat tinggi standardisasi. Dengan demikian, perusahaan multinasional cenderung untuk beradaptasi proses produksi di banyak kegiatan mereka agar sesuai dengan standar yurisdiksi yang paling ketat di mana mereka beroperasi (ini cenderung menjadi baik Amerika Serikat, Jepang, atau Uni Eropa). Adapun biaya tenaga kerja, sementara perusahaan multinasional jelas membayar pekerja di negara berkembang jauh di bawah tingkat di negara-negara di mana produktivitas tenaga kerja yang tinggi (dan dengan demikian, akan mengadopsi lebih proses produksi padat karya), mereka juga cenderung untuk membayar premi atas harga tenaga kerja lokal dari 10 sampai 100 persen. [8] Akhirnya, tergantung pada sifat dari MNC, investasi di negara manapun mencerminkan keinginan untuk menengah ke tingkat pengembalian jangka panjang, seperti membangun pabrik, pekerja pelatihan, dll, dapat mahal. Setelah didirikan di wilayah hukum, oleh karena itu, MNC berpotensi rentan terhadap intervensi pemerintah sewenang-wenang seperti pengambilalihan, renegosiasi kontrak tiba-tiba, penarikan sewenang-wenang atau pembelian lisensi wajib, dll Dengan demikian, baik daya tawar perusahaan multinasional dan 'perlombaan ke bawah 'kritik dapat dilebih-lebihkan, sementara mengecilkan manfaat (selain penerimaan pajak) dari perusahaan multinasional menjadi didirikan pada yurisdiksi. [menurut siapa?]

Jumlah perusahaan multinasional telah meningkat besar dari 7000 pada tahun 1970 menjadi lebih dari 78.000 pada tahun 2006. Apa yang banyak orang tidak menyadari adalah bahwa rekening perusahaan multinasional selama lebih dari setengah dari output industri dunia. Nama-nama dari beberapa perusahaan multinasional terbesar termasuk Wal-mart, General Motors, Exxon-Mobil, Mitsubishi, dan Siemens. Namun, menurut data dari tahun 2005, hanya satu dari 200 perusahaan multinasional terbesar yang berbasis di negara berkembang yang terjadi untuk berbagi perbatasan dengan Amerika Serikat, Meksiko. [Rujukan?] Statistik ini, antara lain banyak, membantu untuk menggambarkan merata distribusi TNC. Utara memegang monopoli ketika datang ke perusahaan-perusahaan besar termasuk perusahaan multinasional dan ini perbedaan kekuatan terus menciptakan keretakan antara Utara dan Selatan. [9]
Perusahaan transnasional
Sebuah perusahaan transnasional (TNC) berbeda dari MNC tradisional karena tidak mengidentifikasi diri dengan satu rumah nasional. Sementara MNC tradisional perusahaan nasional dengan anak perusahaan asing, [10] TNC tersebar operasi mereka di banyak negara mempertahankan tingkat tinggi responsif lokal. [11] Sebuah contoh dari TNC adalah Nestlé yang mempekerjakan eksekutif senior dari berbagai negara dan mencoba untuk membuat keputusan dari perspektif global daripada dari satu markas terpusat [12].
Kritik multinasional
Artikel utama: Anti-globalisasi dan aktivisme Anti-perusahaan

Pendukung Anti-perusahaan mengkritik perusahaan-perusahaan multinasional untuk negara-negara yang memiliki hak asasi manusia rendah atau standar lingkungan masuk. [13] Mereka mengklaim bahwa perusahaan multinasional menimbulkan konglomerasi besar yang digabung mengurangi persaingan dan usaha bebas, meningkatkan modal di negara-negara tuan rumah, tetapi ekspor keuntungan, mengeksploitasi negara untuk sumber daya alam, upah pekerja batas ', mengikis budaya tradisional, dan menantang kedaulatan nasional.

pi


Peran sektor luar negeri pada Perekonomian Indonesia

Description: http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSEjxuvJZR28BIlaKa3td1zy77w-iLPo-i03-qoD-PQ71sG5yTLPA

Nama Kelompok
Amalia rahma putri (20212686)
Dina Fidya Sari ( 22212163 )
Dinariah Rahmadini ( 22212176 )
Putri Wulan Sari Kosnadi ( 23209191 )
Machdar Helmi

Universitas Gunadarma Kampus J
Jl. KH Noer Ali, Kalimalang Bekasi (eks Duta Plaza)
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang ‘PEREKONOMIAN INDONESIA’ .
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.


Pedagangan Antar Negara
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkanGDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi,globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.

Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
·         Menjalin Persahabatan Antar Negara
·         Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi 
geografiiklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
·         Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu 
negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
·         Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para 
pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
·         Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara 
manajemen yang lebih modern.

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
·         Faktor Alam/ Potensi Alam
·         Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
·         Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
·         Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber dayaekonomi
·         Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
·         Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alamiklimtenaga kerjabudaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
·         Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
·         Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
·         Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.


Hambatan perdagangan adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang membatasi perdagangan bebas

Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:
·         Tarif atau bea cukai. Tarif adalah pajak produk impor.
·         Kuota. Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga.
·         Subsidi. Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal. Subsidi dihasilkan dari pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain bantuan keuangan, pinjaman dengan bunga rendah dan lain-lain.
·         Muatan lokal.
·         Peraturan administrasi.
·         Peraturan antidumping.

Hambatan perdangan mengurangi efisiensi ekonomi, karena masyarakat tidak dapat mengambil keuntungan dariproduktivitas negara lain. Pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdangan adalah produsen dan pemerintah. Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-bea.
Argumen untuk hambatan perdangan antara lain perlindungan terhadap industri dan tenaga kerja lokal. Dengan tiadanya hambatan perdangan, harga produk dan jasa dari luar negeri akan menurun dan permintaan untuk produk dan jasa lokal akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan matinya industri lokal perlahan-lahan. Alasan lain yaitu untuk melindungi konsumen dari produk-produk yang dirasa tidak patut dikonsumsi, contoh: produk-produk yang telah diubah secara genetika.
Di Indonesia, hambatan perdagangan banyak digunakan untuk membatasi impor pertanian dari luar negeri untuk melindungi petani dari anjloknya harga lokal.
Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul dalam perdagangan internasional.
a. Perbedaan Mata Uang Antarnegara
Mata uang yang berlaku di setiap negara berbeda – beda. Negara yang melakukan kegiatan ekspor, biasanya meminta kepada negara pengimpor untuk membayar dengan menggunakan mata uang negara pengekspor. Pembayarannya tentunya akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal nilai uang setiap negara berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran bagi negara pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar internasional.
b . Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan internasional karena jika sumber daya manusianya rendah, maka kualitas dari hasil produksi(produk) akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas produk rendah akan sulit bersaing dengan barang – barang yang dihasilkan oleh negara lain yang kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.
c . Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara pengimpor akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila pembayarnya dilakukan secara tunai maka negara pengimpor akan mengalami kesulitan dan resiko yang tinggi, seperti perampokan. Oleh karena itu, negara pengekspor tidak mau menerima pembayaran secara tunai tetapi melalui kliring internasional atau telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
d . Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi hasil produksinya sendiri. Mereka tidak ingin hasil produksinya tersaingi oleh hasil peoduksi dari luar negeri. Oleh karena itu, setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri. Salah satunya dengan menetapkan tarif impor.
Apabila tarif impor tinggi maka produk impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada peoduk dalam negeri sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli produk impor. Hal itu akan menjadi penghambat bagi negara lain untuk melakukan perdagangan.
e . Terjadinya Perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus. Selain itu, kondisi perekonomian negara yang sedang berperang tersebut juga akan mengalami kelesuan. Hal ini dapat menyebabkan perdagangan antarnegara akan terhambat.
f . Adanya Organisasi – Organisasi Ekonomi Regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasi – organisasi ekonomi. Tujuan organisasi – organisasi tersebut adalah untuk memajukan perekonomian negara – negara anggotanya. Kebijakan serta peraturan yang dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan negara – negara anggota saja. Sebuah organisasi ekonomi regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor yang khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di luar anggota organisasi tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota akan mengalami kesulitan.

Bentuk – bentuk hambatan perdagangan yang muncul akibat adanya kebijakan ekspor-impor, antara lain:
a. Tarif atau bea cukai
Tarif adalah pembebanan pajak (custom duties) terhadap barang-barang  yang melewati batas kenegaraan. Tarif dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain :
  • Bea ekspor  =  pajak atau bea yang dikenakan terhadap produk yang diangkut menuju negara lain.
  • Bea transit =   pajak yang dikenakan terhadap produk yang melalui wilayah negara lain dengan ketentuan bahwa negara tersebut bukan merupakan tujuan akhir dari pengiriman.
  • Bea impor = pajak yang dikenakan terhadap produk yang masuk dalam suatu negara dengan ketentuan negara tersebut adalah merupakan tujuan akhir dari pengiriman produk.
  • Uang jaminan impor =  persyaratan bagi importir suatu produk untuk membayar kepada pemerintah sejumlah uang tertentu pada saat kedatangan produk di pasar domestik sebelum penjualan dilakukan.
b. Kuota Impor
Kuota membatasi banyaknya unit yang dapat diimpor. Tujuannya adalah untuk membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga produknya.
c. Subsidi
Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal. Subsidi dihasilkan dari pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat.
d. Exchage Control
Biasanya, negara – negara yang menggunakan kontrol devisa adalah mereka yang ekonomi lemah. Kontrol ini memungkinkan negara – negara yang ekonominya lebih stabil membatasi jumlah volatilitas nilai tukar mata uang yang masuk / keluar.
e. State Trading Operasion
State Trading Operasion adalah pemerintah dalam perdagangan melakukan kegiatan ekspor.
f. Peraturan anti-dumping
Politik Dumping adalah menjual suatu barang yang nilainya lebih tinggi dari harga beli, baik dijual di luar negeri maupun dalam negeri tetap mendapat untung. Adapun beberapa motif dari Politik Dumping, yaitu antara lain:
  • Barang-barang yang diminati oeh negara asal, supaya dapat terjual di luar negeri.
  • Memperkenalkan suatu produk dalam negeri ke negara lain.
  • Berebut pasar luar negeri.
Hambatan perdagangan mengurangi efisiensi ekonomi. Pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdangan internasional adalah produsen dan pemerintah. Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea – bea.
Perkembangan Neraca Pembayaran

Selama PJP I neraca pembayaran telah berkembang ke arah struktur yang lebih seimbang. Apabila dalam dasawarsa 1970-an sumber penerimaan devisa Indonesia sebagian besar diperoleh dari ekspor migas, maka mulai dasawarsa 1980-an sumber penerimaan devisa sudah meluas. Ekspor nonmigas makin meningkat. Penerimaan jasa, terutama dari pariwisata juga meningkat. Impor nonmigas makin mengarah ke bahan baku dan penolong serta barang modal yang dibutuhkan untuk investasi dan industri di dalam negeri. Dalam transaksi modal, pinjaman luar negeri pemerintah, pemasukan modal swasta, termasuk PMA, merupakan pos pembiayaan penting. Dengan demikian, landasan neraca pembayaran makin beragam. Keadaan itu telah meningkatkan ketahanan perekonomian nasional terhadap guncangan yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Selama PJP I, nilai keseluruhan ekspor telah meningkat menjadi sekitar 43 kali atau rata-rata sebesar 16,0 persen per tahun, dari US$ 872 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 37,2 miliar pada tahun 1993/94. Ekspor nonmigas meningkat lebih pesat lagi, yaitu rata-rata sebesar 16,7 persen per tahun atau menjadi sekitar 50 kali, dari US$ 569 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 28,2 miliar pada tahun 1993/94


Selama Repelita V, keseluruhan nilai ekspor meningkat dengan rata-rata 13,4 persen per tahun, yaitu dari US$ 19,8 miliar pada tahun 1988/89 menjadi US$ 37,2 miliar pada tahun 1993/94. Selama kurun waktu tersebut ekspor nonmigas terus meningkat dengan pesat dan mantap, yaitu dengan rata-rata 18,2 persen per tahun, dan bahkan dalam 2 tahun terakhir meningkat dengan rata-rata 21,7 persen per tahun. Sumbangan ekspor nonmigas terhadap keseluruhan penerimaan ekspor semakin meningkat hingga diperki­rakan menjadi 75,8 persen pada tahun 1993/94. Perkembangan tersebut menunjukkan makin mampunya ekspor nonmigas berperan sebagai sumber penerimaan devisa utama. Di pihak lain, ekspor migas selama Repelita V hanya meningkat rata-rata sebesar 3,4 persen per tahun. Perkembangan itu menunjukkan pula makin berkurangnya ketergantungan penerimaan devisa dari migas.

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri dan investasi di dalam negeri, kebutuhan akan barang impor terus meningkat, khususnya bahan baku dan penolong serta barang modal. Dalam PJP I nilai keseluruhan impor telah meningkat dengan rata-rata sebesar 15,1 persen per tahun, yaitu dari US$ 831 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 29,2 miliar pada tahun 1993/94. Dalam Repelita V, nilai impor nonmigas meningkat dengan cukup tinggi pada dua tahun pertama, yaitu 21,3 persen dan 31,0 persen masing-masing pada tahun 1989/90 dan 1990/91. Hal itu terutama disebabkan oleh memanasnya kegiatan perekonomian dalam negeri. Dengan langkah penyejukan perekonomian, laju pertumbuhan impor nonmigas dalam tahun 1990/91-1993/94 dapat dikendalikan menjadi rata-rata 10,0 persen per tahun.

Pengeluaran devisa neto untuk jasa dalam PJP I meningkat dengan rata-rata 14,9 persen per tahun, yaitu dari US$ 328 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 10,9 miliar pada tahun 1993/94. Dalam Repelita V, keseluruhan pengeluaran jasa neto meningkat rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun, yang terdiri atas jasa sektor migas rata-rata sebesar 3,5 persen, dan sektor nonmigas rata-rata sebesar 10,2 persen per tahun. Penerimaan devisa dari pariwisata

dalam kurun waktu yang sama meningkat pesat rata-rata sebesar 21,6 persen per tahun, yaitu dari US$ 1,4 miliar pada tahun 1988/89 menjadi US$ 3,8 miliar dalam tahun 1993/94. Pembayaran bunga dan transfer keuntungan PMA serta bank-bank asing meningkat dengan rata-rata 6,1 persen per tahun. Transfer tenaga kerja di luar negeri meningkat rata-rata sebesar 23,1 persen per tahun.

Sebagai negara berkembang yang masih membutuhkan dana pembangunan yang besar, transaksi berjalan secara umum menun­jukkan defisit, kecuali pada tahun 1979/80 dan tahun 1980/81, pada waktu terjadi kenaikan harga minyak bumi dan harga ekspor komoditas lainnya. Besarnya defisit bervariasi seiring dengan perkembangan ekspor dan impor barang ataupun jasa. Defisit transaksi berjalan pada tahun 1989/90 adalah sebesar US$ 1,6 miliar, kemudian meningkat menjadi sebesar US$ 3,7 miliar pada tahun 1990/91, dan sebesar US$ 4,4 miliar pada tahun 1991/92. Besarnya defisit transaksi berjalan tersebut karena meningkatnya suhu perekonomian pada waktu itu. Selanjutnya, defisit transaksi berjalan dapat dikendalikan sehingga menjadi US$ 2,6 miliar pada tahun 1992/93, dan diperkirakan menjadi US$ 2,9 miliar pada tahun 1993/94.

Dana yang berasal dari luar negeri meliputi pinjaman pemerintah, pinjaman komersial sektor swasta, dan penanaman modal asing. Dalam PJP I pinjaman luar negeri pemerintah meningkat dari US$ 266 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 5,9 miliar pada tahun 1993/94. Pinjaman terbesar diperoleh dalam bantuan proyek bersyarat lunak, kemudian disusul oleh pinjaman lainnya dan bantuan program. Sejalan dengan masa tenggang waktu dan meningkatnya pinjaman yang jatuh tempo, pelunasan pinjaman pemerintah naik dari US$ 3,8 miliar pada tahun 1988/89 menjadi US$ 5,1 miliar pada tahun 1993/94. Meskipun pelunasan pinjaman meningkat, dengan peningkatan ekspor, perbandingan pelunasan hutang pemerintah dan swasta terhadap nilai ekspor (Debt Service Ratio, DSR) menurun dari 37,5 persen pada tahun 1989/90 menjadi 30,5 persen pada tahun 1993/94.

Pemasukan modal (neto) sektor swasta selama PJP I mening­kat dari US$ 65 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 6,7 miliar pada tahun 1993/94, atau meningkat rata-rata sebesar 20,1 persen per tahun. Dalam Repelita V, untuk 2 tahun pertama pemasukan modal neto swasta meningkat dengan cukup pesat, kemudian melambat dengan pengendalian moneter untuk mendinginkan suhu perekonomian. Penanaman modal asing (neto) meningkat dari US$ 585 juta pada tahun 1988/89 menjadi US$ 2,0 miliar pada tahun 1993/94.

Cadangan devisa selama PJP I berhasil dipelihara pada tingkat yang memadai untuk menciptakan iklim yang aman bagi kebutuhan transaksi luar negeri dan kebutuhan pembangunan nasional. Jumlah cadangan devisa selama Repelita V meningkat dari US$ 6,0 miliar pada tahun 1988/89 menjadi US$ 13,1 miliar pada tahun 1993/94. Jumlah cadangan devisa pada tahun 1993/94 cukup untuk membiayai impor (c.&f.) selama 5,5 bulan.

Peran Kurs Valuta Asing Pada Perekonomian Indonesia

Setiap negara mempunyai mata uang yang berbeda-beda. Mata uang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran di negara lain dinamakan valuta asing. Misalnya Pak Andre ingin mengimpor alat-alat elektronik dari Singapura. Untuk membayar barang-barang yang diimpornya, Pak Andre harus menukarkan mata uang rupiahnya menjadi mata uang Singapura. Mata uang Singapura ini disebut valuta asing.
Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar itu sebenarnya merupakan harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut kurs (exchange rate). Misalnya US$1 sama dengan Rp9.200,00, berarti untuk mendapatkan satu dollar Amerika Serikat dibutuhkan Rp. 9.200,00. Kurs valuta asing seringkali mengalami perubahan, kadang menguat, namun terkadang juga melemah. Perubahan ini disebabkan karena permintaan dan penawaran mata uang asing. Sebagai contoh, pada tanggal 31 Maret 2008 nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar Rp9.200,00 (US$1 = Rp9.200,00). Pada tanggal 1 April 2008, besarnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat Rp9.203,00 (US$1 = Rp9.203,00). Berubahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menunjukkan bahwa harga dollar Amerika Serikat semakin tinggi sehingga dapat disebut dollar Amerika Serikat menguat. Bagaimana dengan kurs rupiah terhadap dollar? Kuatnya nilai dollar terhadap rupiah menyebabkan nilai rupiah menurun.
Sebab-sebab perubahan permintaan dan penawaran valuta asing diantaranya :
·         Perubahan selera masyarakat terhadap komoditi luar negeri
Semakin banyak masyarakat Indonesia menyukai dan membutuhkan barang luar negeri, maka kebutuhan akan mata uang asing ($) akan semakin banyak pula untuk mendapatkan barang dari luar tersebut.
·         Perubahan iklim investasi dan tingkat bunga
Perubahan iklim investasi yang semakin aman dan menarik dapat menyebabkan arus modal asing makin banyak yang masuk, yang berarti penawaran modal asing berupa dolar meningkat.
·         Perubahan tingkat inflasi
Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan komoditi ekspor kita kurang dapat bersaing di pasaran dunia. Karena dengan adanya inflasi yang tinggi, harga ekspor akan terasa mahal. Akibatnya jarang yang mau membeli komoditi ekspor kita. Hal ini identik dengan menurunnya penawaran dollar untuk membeli ekspor kita tersebut.
·         Iklim investasi
Prospek dan iklim investasi yang menarik (aman dan tingkat penghasilan yang tinggi) di Indonesia akan turut mempengaruhi banyak tidaknya penawaran dollar ke Indonesia. Semakin menarik maka nilai rupiah akan semakin tinggi (apresiasi).
Mata uang asing dapat diperjualbelikan. Tempat untuk jual beli valuta asing di bank devisa atau money changer. Penghitungan dalam jual beli valuta asing didasarkan pada kurs jual dan kurs beli. Kurs jual adalah kurs yang diberlakukan oleh bank apabila bank menjual mata uang asing. Adapun kurs beli adalah kurs yang diberlakukan oleh bank apabila membeli mata uang asing.
Apabila kita perhatikan di tempat-tempat penukaran valuta asing, harga kurs jual akan lebih tinggi dibandingkan kurs belinya. Mengapa demikian? Karena mereka ingin mendapatkan keuntungan. Keuntungan jual beli valuta asing dapat diperoleh dari selisih kurs jual dengan kurs beli.