Jumat, 29 November 2013

Sofskill yang harus dimiliki mahasiswa gunadarma

Sofskill apa yang harus dimiliki mahasiswa gunadarma sehingga memiliki keunggulan kompetitif??

Pengertian Soft Skill
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Wikipedia memaparkan bahwa soft skills merupakan istilah sosiologis yang merujuk pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan/kepedulian, serta optimisme. Soft skills ini melengkapi hard skills- yang bisa dikatakan juga sebagai persyaratan teknis dari suatu pekerjaan.
Soft skills tersebut mencakup (a) kualitas pribadi - misalnya tanggung jawab, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, manajemen (pengendalian) diri, dan integritas atau kejujuran; dan (b) ketrampilan interpersonal, misalnya berpartisipasi sebagai anggota kelompok, mengajar (berbagi pengetahuan) ke orang lain, melayani pelanggan, kepemimpinan, kemampuan negosiasi, dan bisa bekerja dalam keragaman 
Pentingnya Soft Skill Bagi Mahasiswa
pengembangan softskills di perguruan tinggi memang harus dilakukan secara integratif dan menyeluruh. Pengembangan softskills tidak hanya sekedar memberikan pelatihan atau kursus softskills, misalnya kursus kepribadian atau teknik komunikasi saja. Sebuah perguruan tinggi idealnya mengembangkan softskill mahasiswa. Pentingnya soft skill, karena jika seseorang mempunyai karakteristik atau sifat seperti itu maka pastilah orang tersebut mempunyai daya saing yang tinggi di bursa kerja.
permasalahan klasik yang sering terdengar adalah keluhan bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata tidak memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh dunia pekerjaan. Keluhannya adalah bahwa lulusan perguruan tinggi umumya memiliki karakteristik sebagai berikut :kurang tangguh, tidak jujur, cepat bosan, tidak bisa bekerja teamwork, minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan dengan baik.
Mahasiswa yang unggul tentu ditandai dengan kemampuan menguasai bidang kajiannya masing-masing dan kemudian juga memiliki kelebihan lain yang relevan dengan kebutuhan kehidupan dunia masyarakat dan kerjanya. Jika kita bisa menguasai bidang kajian yang kita pelajari, dan kemampuan tersebut memiliki keunggulan kompetitif, maka berarti kita telah menyumbangkan indeks kompetisi bangsa.
Oleh karena itu, mahasiswa Gunadarma harus memiliki kesadaran untuk berkompetisi di tengah kehidupan yang semakin keras ini. Jika tidak memiliki kesadaran tersebut, maka mereka akan tertinggal. Tentu tidak ada di antara kita yang sependapat bahwa tertinggal merupakan peristiwa lumrah. Semua harus berpacu dengan waktu.
Beberapa kegiatan pengembangan soft skills telah  dilakukan oleh perguruan tinggi.
Misalnya success skills telah dicanangkan oleh UGM sejak tahun 2005 untuk meningkatkan thinking skills, learning skills dan living skills.
Program ini diberikan kepada mahasiswa baru pada masa orientasi kampus.
·         Learning Skills adalah keterampilan yang digunakan agar mahasiswa selalu dapat mengembangkan diri melalui proses belajar yang berkelanjutan
·         Thinking Skills adalah keterampilan yang dibutuhkan pada saat mahasiswa berpikir untuk memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari
·         Living skills adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pakar dalam bidang pengembangan pendidikan Christoph Hanssert dari Jerman menyarankan agar pengembangan soft skills untuk mahasiswa Indonesia dilakukan dengan cara menjalin jejaring kerja (networking) dosen Indonesia dengan dosen luar negeri yang melibatkan mahasiswa, misalnya dalam bidang penelitian. Dengan jejaring ini, mau tidak mau mahasiswa akan terpaksa berkomunikasi tulisan dengan menggunakan bahasa asing. Suatu saat mahasiswa ini difasilitasi untuk bertemu bertukar pikiran, saling menghargai pendapat, mempelajari budaya orang lain dan belajar bekerjasama dalam tim.
Masih banyak metoda yang mungkin dapat dilakukan oleh para pendidik kita untuk mahasiswanya. Untuk itu, perlu digali potensi-potensi yang ada di tiap perguruan tinggi. Kadangkala, apa yang bagus dan dapat diterapkan di satu perguruan tinggi dalam pengembangan soft skills belum tentu dapat diterapkan begitu saja di perguruan tinggi lainnya. Boleh jadi strategi dan tekniknya akan bervariasi tergantung pada visi perguruan tinggi, soft skills yang dimiliki oleh mahasiswa saat ini dan harapan pengembangan soft skills dari mahasiswa, kebutuhan soft skills para pengguna lulusan dan coach dan mentor serta sarana prasarana yang dimiliki perguruan tinggi.
Pengembangan Soft Skill di Perguruan Tinggi
Ketatnya persaingan dibursa kerja menuntut seorang calon pekerja memiliki kompetensi-kopetensi khusus agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja. Mahasiswa adalah calon pekerja yang akan bersaing dalam dunia kerja, dituntut untuk memiliki kompetensi khusus yang diinginkan oleh dunia kerja. Kompetensi khusus tersebut di antaranya adalah kemampuan bekerja dalam tekanan, mampu bekerjasama dalam tim, bertanggung jawab serta kemampuan lainnya yang sifatnya lebih kearah kemampuan soft skill.
Mengantisipasi hal yang seperti itu perguruan tinggi pun dituntut untuk mempersiapkan lulusannya memiliki kemampuan sebagaimana yang diinginkan oleh dunia kerja, agar alumni dari suatu perguruan tinggi dapat bersaing dengan alumni perguruan tinggi lainnya.
Mengapa pemahaman soft skill perlu diberikan kepada para mahasiswa saat ini, berdasarkan beberapa survey yang dilakukan, ada kesenjangan yang terjadi antara yang dibutuhkan di bursa kerja dan kenyataan hasil lulusan perguruan tinggi. Banyak para fresh graduate perguruan tinggi yang tidak tahan banting saat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Pemahaman mengenai Kompetensi  
Kecakapan Dasar Manusia adalah kombinasi dari pengetahuan dan ketrampilan, atau keahlian yang diperlukan untuk mengerjakan suatu tugas. Kompetensi( Derrick Casey dalam Method and Procedure for Developing Competency Standard). Kecakapan dasar manusia merupakan  kombinasi dari pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap( attitude) yang diperlukan untuk dapat melaksanakan suatu tugas.
 Tiga Kecakapan Dasar Kurt Singer :
         Kecakapan negosiasi
         Kecakapan mengelola konflik
         Kecakapan menyantuni pluralisme
Manusia juga memerlukan Kepribadian   Yang dapat dicapai melalui 3 C yaitu:
·         Conscience (nurani),
·         Compassion (kepedulian sosial),
·         Competence (kecakapan )
7 Kebiasaan untuk mengembangkan PotensiDiri ( Stephen R. Covey )
  1. Jadi proaktif
  2. Merujuk pada tujuan akhir
  3. Dahulukan yang utama
  4. Paradigma saling ketergantungan
  5. Berusaha mengerti terlebih dahulu
  6. Wujudkan sinergi/kerjasama
  7. Asah kemampuan terus - menerus
Kompetensi yang disebutkan di atas yang teraktualisasi dalam soft skill diharapkan dapat dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi termasuk mahasiswa universitas gunadarma saat kelak mereka memasuki bursa kerja dilapangan. Selayaknya perguruan tinggi mempersiapkan kompetensi dan kemampuan yang menunjang kemampuan dan daya saing mereka di dunia kerja.

http://isailah.50webs.com/kegiatan%20kemahasiswaam.html

(center for enterpreuneurship education and development, Halifax, nova scotia, 2004).

Rabu, 27 November 2013

Mengapa lulusan / alumni univ.tinggi diindonesia tidak memiliki keunggulan kompetitif / bersaing??

Mengapa lulusan / alumni univ.tinggi diindonesia tidak memiliki keunggulan kompetitif / bersaing??

Keunggulan kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya.
(Setiawan, 2006).Maka ada empat kebutuhan pokok untuk sumber daya yang harus dipenuhi dalam mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan yaitu:
 (1) Nilai. Dengan nilai tambah yang dimiliki akan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan,
(2) Keunikan diantara perusahaan sejenis dan pesaing potensial. Jika suatu perusahaan memiliki keunikan tersendiri maka akan semakin meningkat keunggulan bersaing yang dimilikinya diantara pesaing ,
 (3) Tidak dapat ditiru dengan sempurna. Perusahaan dengan produk yang tidak dapat ditiru pesaingnya dengan sempurna telah memiliki nilai tambah dalam mencapai keunggulan bersaing,
 (4) Harus tidak ada strategi yang sama yang dapat menggantikan sumber daya. Jika tidak ada strategi yang dapat menggantikan sumber daya maka suatu perusahaan akan mencapai keunggulan bersaing tersendiri .

Berkualitas         :
Tinjauan kualitas pada semua aspek pembelajaran dengan komitmen untuk memenuhi persyaratan dan secara berkesinambungan melakukan peningkatan terhadap Sistem Manajemen Mutu.

Berdaya Saing    :
Setiap lulusan dibekali dengan sertifikat keahlian, kemampuan aplikasi teknologi informasi dan kemampuan berbahasa Inggris sehingga memiliki keunggulan bersaing dan mendapatkan kepercayaan dari institusi pengguna dan masyarakat.

Berbudi Pekerti Luhur :
Selain memiliki keunggulan bersaing dalam keilmuan dan profesi dikuatkan dengan keunggulan dalam pekerti yang luhur dalam memegang tugas dan tanggung jawab.



Keunikan sebagai Keunggulan
Berpijak pada realitas itulah, perguruan tinggi –lebih-lebih yang berstatus swasta- seyogianya memiliki strategi bersaing untuk menjaga eksistensinya. Karena, jika perguruan tinggi tidak memiliki strategi bersaing, maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas jumlah lulusan yang dihasilkan. Salah satu strategi bersaing yang dapat diterapkan pergurun tinggi adalah keunggulan kompetitif perguruan tinggi. Salah satunya adalah dengan memunculkan keunikan perguruan tinggi bersangkutan,
 misalnya Universitas Negeri Malang (UM) memiliki jargon “learning university”, yang akan terus berkomitmen menghasilkan yang memiliki keunggulan di bidang pendidikan dan pengajaran.  Universitas Brawijaya memiliki jargon world class entrepreneur university, yang bertekad untuk menghasilkan lulusan berkelas dunia yang memiliki mental entrepreneur. UIN Maliki Malang membangun keunggulan dengan cara menyelenggarakan pendidikan secara integratif, yakni memadukan tradisi perguruan tinggi dan pesantren, baik secara kelembagaan maupun kurikulumnya. Universitas Kanjuruhan mengusung jargon sebagai kampus multikulural, yang berupaya menjadi tempat belajar mahasiswa dari berbagai lintas suku, agama, dan daerah, dan keunikan-keunikan lainnya.
Dengan adanya “keunikan” sebuah perguruan tinggi yang juga merupakan identitas tersebut, membuat calon mahasiswa dan orang tua akan mudah dalam memilih dan menentukan perguruan tinggi yang akan dijadikan sebagai tempat belajarnya. Dengan keunggulan kompetitif, maka perguruan tinggi akan memudahkan dalam mengembangkan lembaga tesebut.

Menurut Porter, sebagaimana yang disadur oleh Nurdin (2008), menyatakan bahwa terdapat lima model yang dapat digunakan untuk menganalisis kompetitif suatu perguruan tinggi.
Pertama adalah berdirinya perguruan tinggi baru, baik negeri maupun swasta serta perguruan tinggi asing yang membuka cabang di suatu wilayah .
Kedua, kekuatan mahasiswa baru, baik yang baru lulus dari SMA/sederajat maupun yang telah bekerja.
Ketiga, ancaman produk pengganti, yaitu kursus/pelatihan yang setara pendidikan Diploma 1 atau Diploma 2 yang lebih mengedepankan praktik dengan porsi lebih besar dibanding teori.
Keempat, kekuatan tawar-menawar penyedia mahasiswa (pihak SMA/sederajat), dimana pihak SMA/sederajat melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi untuk merekomendasikan siswa lulusannya untuk mendaftarkan diri pada perguruan tinggi tersebut, serta melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan yang mampu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Kelima, persaingan diantara perguruan tinggi yang sudah ada .

Keunggulan perguruan tinggi sangat dibutuhkan, karena identitas suatu lembaga akan dikenal oleh masyarakat, yang mana mereka akan lebih mengenal brand image yang dimiliki oleh suatu lembaga. Salah satu brand image yang dimiliki oleh suatu perguruan tinggi, misalnya adalah kemampuan tentang tri bahasa, yaitu dalam kurikulum terdapat matakuliah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Mandarin. Sehingga lulusan dari perguruan tinggi akan mengusai tiga bahasa, dan imbasnya akan berpengaruh terhadap peluang lapangan pekerjaan, karena tidak ada perguruan tinggi tinggi lain yang mengajarkan tiga bahasa. Contoh yang lain adalah memberikan kemampuan terhadap mahasiswa dalam bidang teknologi informasi, yang mana mahasiswa diwajibkan untuk menguasai teknologi informasi serta mampu mengikuti ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh Microsoft, sehingga jika mahasiswa lulus akan mendapatkan sertifikasi dari Microsoft dan sertifikat tersebut akan sangat berguna sekali dalam mencari lapangan pekerjaan. Karena secara kemampuan penguasaan teknologi, lulusan tersebut sudah tidak diragukan lagi.
Oleh karena itu, keunggulan kompetitif harus dimiliki oleh setiap perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas mahasiswa. Yang nantinya akan memudahkan untuk mencapai tujuan dari setiap perguruan tinggi baik menjadi world class university, research university, maupun learning university, atau lainnya.(*)
Banyak lulusan dari perguruan tinggi baik itu negerti dan swasta yang tidak siap menghadapi dunia nyata atau dunia kerja. Persaingan yang ketat di tuntut untuk memiliki kempuan yang lebih bukan hanya kemampuan Hardskill (nilai IPK yang tinggi) tetapi kita di tuntut untuk memeliki sebuah kompetensi seorang lulusan.
http://pustakabakul.blogspot.com/2013/07/pengertian-keunggulan-kompetitif.html?m=1



Core business ( keunggulan indonesia dalam berbisnis )

Core business ( keunggulan indonesia dalam berbisnis )
-          Keunggulan bisnis diindonesia
-          Kenapa Keunggulan bisnis diindonesia tidak berkembang
-          Menurut keunggulan teori : absolut , kompetitif , komperatif .

Core Bisnis atau Bisnis inti dari suatu organisasi dalam suatu struktural, dimana dimaksudkan untuk mengekspresikan "inti" bahwa organisasi lebih "utama" sebagai aktivitas.
Kecenderungan perusahaan dalam pertengahan abad ke-20 untuk mendapatkan perusahaan baru dan membentuk konglomerat memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya dana dan kendaraan investasi yang sama, dan kadang-kadang berikut tren populer di kalangan manajemen perusahaan berusaha untuk muncul saat ini dan mengesankan para investor.
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari peningkatan economies of scale jelas menjadikan koperasi sebagai sebuah bentuk badan usaha yang sangat prospekrif di Indonesia.
 Namun, sebuah fenomena yang cukup dilematis ketika ternyata koperasi dengan berbagai kelebihannya ternyata sangat sulit berkembang di Indonesia. Koperasi bagaikan mati suri dalam 15 tahun terakhir. Koperasi Indonesia yang berjalan di tempat atau justru malah mengalami kemunduran.

A.Permasalahan yang dihadapi koperasi di Indonesia
Secara umum, ada dua kelompok permasalahan yang dihadapi perkoperasian di Indonesia yang membuat koperasi di Indonesia menjadi sangat sulit untuk berkembang, yaitu:
a).Permasalahan yang berasal dari dalam organisasi koperasi
Masalah-masalah yang timbul karena kelemahan-kelemahan dari segi intern organisasi itu sendiri. Yang dapat dikatagorikan permasalahan yang datang dari dalam, yaitu:

1.Pengelolaan sebagian besar koperasi di Indonesia kurang profesional
Hal ini disebabkan karena sebagian besar para pengurus atau pengelola koperasi tersebut kurang berpendidikan, keahlian, keterampilan serta wawasan, sehingga si pengelola kurang tanggap, kurang fleksibel dalam membaca kesempatan serta peluang-peluang yang ada dan selalu ketinggalan dari Badan Usaha Umum lainnya. Adanya keterbatasan dana yang membuat koperasi kurang berkembang, sementara untuk menggunakan orang yang memiliki kualifikasi yang profesional koperasi kurang mampu untuk membayar gajinya. Dan biasanya, sebagian besar orang enggan mengambil pekerjaan ini karena faktor imbalannya yang kecil dengan tanggung jawab yang besar.

 2.Kurangnya Permodalan Koperasi
Kekurangan permodalan ini merupakan masalah yang umum sekali yang dihadapi oleh perkoperasian di Indonesia, dimana hal ini diantaranya disebabkan oleh:
a.Kelemahan dalam pembentukkan modal sendiri
Hal ini disebabkan karena usaha koperasi yang kurang berkembang dan SHU (Sisa Hasil Usaha) yang diperoleh juga kecil
b.Kelemahan dalam menarik sumber modal dari luar organisasi
Hal ini karena faktor kepercayaan dan kesadaran masyarakat serta partisipasi masyarakat yang masih kurang terhadap koperasi. Kekurangpercayaan dan partisipasi ini juga karena melihat perkembangan koperasi dan usahanya yang sangat lambat
c.Karena kurangnya inisiatif dan upaya sendiri dalam meningkatkan permodalan, hal ini karena kebiasaan ketergantungan pada subsidi atau sokongan permodalan yang berasal dari pemerintah.

3.Kurangnya efisiensi organisasi dan usaha koperasi
Kurangnya efisiensi organisasi karena sebagian besar anggota koperasi kurang berpendidikan, sehingga mengalami kesulitan dalam memberikan petunjuk atau pengarahan, serta pelaksanaan rapat anggota tidak efektif. Sedangkan, kurang efisiensinya usaha koperasi karena skala usaha yang kurang berkembang, sehingga dalam skala usaha yang terbatas tentunya tingkat biaya akan lebih besar.

4.Kurangnya inisiatif dan upaya sendiri dalam mengembangkan koperasi atau masih lemahnya sifat kemandirian bagi sebagian besar koperasi di Indonesia, yang disebabkan oleh faktor kebiasaan yang selalu tergantung pada subsidi, sokongan, ataupun bimbingan dan perlindungan pemerintah, dimana biasanya koperasi ini dijadikan oleh pemerintah sebagai penyalur bantuan (subsidi) pemerintah kepada masyarakat.

5.Tingkat pendidikan sebagian besar anggota koperasi masih rendah dan bahkan ada yang tidak berpendidikan atau buta huruf. Kelemahan ini akan menyulitkan bagi koperasi dalam hal:
a.Memberikan pengarahan-pengarahan ataupun petunjuk tertulis kepada anggota,
b.Sulit untuk menyelenggarakan rapat anggota dan penerapan prinsip-prinsip serta sendi dasar koperasi secara efektif dan optimal.



6.Masih banyak pengurus koperasi yang mempunyai Tugas Rangkap
Sebagian besar pengurus masih banyak yang mempunyai tugas rangkap seperti aparat pemerintah (pegawai negeri),guru, dll. Hal ini dapat menyebabkan pikiran tidak dapat dicurahkan secara optimal untuk kepentingan dalam pengembangan koperasi.

7.Diverisifikasi usaha yang kurang berkembang
Disebabkan karena kurangnya bervariasi, sehingga koperasi hanya terpaku pada hal yang sama (monoton), kelemahan ini menjadikan usaha koperasi selalu kalah dalam bersaing dengan badan usaha lain yang diverisifikasi usahanya lebih berkembang.

-          Menurut keunggulan teori : absolut , kompetitif , komperatif .

1. Teori Keunggulan Komparatif
Para Ekonom klasik, khususnya Adam Smith, David Richardo, dan John Stuart Mill, memberikan kontribusi besar bagi justifikasi ekonomi teoritikal terhadap perdagangan internasional.
Setiap Negara mempunyai kekhasan dalam corak dan ragam, serta kualitas dan kuantitas sumber dayanya, baik kekayaan alam, sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan sebagainya. Perbedaan sumber daya antar Negara mendorong mereka untuk melakaukan spesialisasi. Kegiatan produksi barang dan kreasi jasa diarahkan untuk mengeksploitasi kelebihan ayang dimiliki, sehigga dapat dihasilkan barang dan jasa yang lebih efisien dan bermutu. Barang dan jasa ini akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian akan diekspor ke Negara lain. Sebagai gantinya, akan diimpor barang dana jasa dari Negara lain yang memiliki keunggulan dalam memproduksi dan menciota barang dan jasa tersebut.
Uraian singkat diatas merupakan benang merah dari konsep yang diajukan mashab klasik, yang dikenal dengan teori keunggulan komparatif. Teori keunggulan komparatif pada dasarnya merupakan perluasan dari teori keunggulan “absolut” yang dikemukakan oleh Adam Smith,

2. keunggulan absolute merupakan kasus khusus dari dari keunggulan kkomparatif. Menurut teori keunggulan absolute, setiap Negara mampu memproduksi barang tertentu secara lebih efisien daripada Negara lain (dengan kata lain memiliki keunggulan absolute untuk barang tersebut) melalui spesialisasi dan pengelompokan kerja secara internasional (international division of labor).
Perdagangan diantara dua Negara, dimana masing-masing memilikii keunggulan absolute dalam produksi barang yang berbeda, akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Keunggulan absolute bias diperoleh karena adanya perbedaan dalam factor-faktor seperti ikllim, kualitas tanah, anugerah sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi atau kewirausahaan (entrepreneurship).
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya disadari bahwa perdagangan yang saling menguntungkan tidak selalu menuntut setiap Negara harus memiliki keunggulan absolute disbanding mitra dagangnya. Misalnya Negara A memiliki keunggulan absolute pada produksi kalkulator dan TV disbanding Negara B. Bila semata-mata diasarkan pada teori keunggulan absolute, maka tidak akan ada perdagangan antar Negara A dan Negara B. karena jelas saja negar A tidak bersedia membeli barang apapun dari negar B yang harganya jauh lebih mahal.
Penjelasan alternatif atas kasus ini adalah teori keunggulan komparatif yang dikembangkan oleh David Richardo. Menurut teori ini, sekalipun sebuah negar memiliki keunggulan absolute dalam produksi sebuah barang, tetapi selama nnegara yang lebih lemah memiliki keunggulan komparatif pada produksi salah satu barang tersebut , maka perdagangan tetap bisa dilakukan.
Contoh :
Sebaliknya Indonesia dan Vietnam memiliki keunggulan komparatif dalam upah kerja yang relative jauh lebih murah dibandingkan upah pekerja di Jepang dan Amerika serikat. Perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika serikat , oleh karena itu akan lebih cocok jika bermain di industry pada modal (misalnya industry otomotif, industry barang- barang elektronik, dan sebgainya). Sementara itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dan Vietnam akan lebih tepat jika berusaha di industry padat karya (misalnya industry sepatu, tekstil, garmen, dan sebagainya).

3. Teori Keunggulan Kompetitif
Konsep ini dikembangkan oleh Michael E. Porter (1990) dalam bukunya berjudul “The Competitive Advantage of Nations”. Menurutnya terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk lingkungan dimana perusahaan-perusahaan local berkompetisi sedemikian rupa, sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif
Sumber : allan's blog

•http://purwakartakab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=49:koperasi&id=99:sejarah-koperasi&Itemid=30

Mengapa koperasi tidak berkembang


Mengapa koperasi tidak berkembang ,
Sebab kesalahan? Kelemahan ??
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari peningkatan economies of scale jelas menjadikan koperasi sebagai sebuah bentuk badan usaha yang sangat prospekrif .
Hanel (1985 ), sudah mengkritisi bahwa kegagalan koperasi di negara-negara berkembang disebabkan karena:
Dampak koperasi terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang dari organisasi koperasi, khususnya karena koperasi tidak banyak memberikan sumbangan dalam mengatasi kemiskinan dan dalam mengubah struktur kekuasaan sosial politik setempat bagi kepentingan golongan masyarakat yang miskin.
Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh organisasi koperasi seringkali dinilai tidak efisien dan tidak mengarah kepada kebutuhan anggotanya, bahkan sebaliknya hanya memberikan manfaat bagi para petani besar yang telah maju dan kelompok-kelompok tertentu.
Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah ( manajemen tidak mampu, terjadi penyelewengan, korupsi, nepotisme dll ).
Tingkat ofisialisasi yang yang sering kali terlampau tinggi pada koperasi (khususnya koperasi pertanian ), ditandai dengan dukungan/bantuan dan pengawasan yang terlalu besar, struktur komunikasi dan pengambilan keputusan memperlihatkan sama seperti pada lembaga-lembaga birokrasi pemerintah, ketimbang sebagai suatu organisasi swadaya yang otonom, partisipatif dan berorientasi pada anggota.
Terdapat kesalahan-kesalahan dalam memberikan bantuan pembanguan internasional dan khususnya kelemahan-kelemahan pada strategi pembangunan pemerintah yang diterapkan untuk menunjang organisasi koperasi.

Hanel merumuskan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan koperasi yang memiliki tugas utama dalam mempromosikan anggotanya sebagai berikut:
Organisasi koperasi harus berusaha secara efisien dan produktif, artinya koperasi harus memberikan manfaat dan menghasilkan potensi peningkatan pelayanan yang cukup bagi anggotanya.
Organisasi koperasi harus efisien dan efektif bagi anggotanya, artinya bahwa setiap anggota akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipassi dalam usaha bersama merupakan kotribusi yang lebih efektif dalam mencapai kepentingan dan tujuan-tujuannya ketimbang hasil yang mungkin diperoleh dari pihak lain
Dalam jangka panjang, kopersi harus memberikan kepada setiap anggotanya suatu saldo positif antara pemanfaatan ( insentif ) yang diperolehnya dari koperasi dan sumbangan ( kontribusi ) yang diberikan kepada koperasi.
Koperasi harus mampu menghindari terjadinya situasi dimana kemanfaatan yang dihasilkanoleh uaha bersama/koperasi menjadi milik umum, artinya koperasi harus mampu mencegah timbulnya dampak-dampak dari penumpang gelap ( free raider ) yang terjadi karena usaha koperasi mengarah kepada usaha bukan anggota.
Kondisi sepuluh tahun setelah itu, pada dasawarsa 90-an, agaknya kondisi koperasi era 80-an masih belum banyak mengalami perubahan seperti yang dikemukakan oleh Yuyun Wirasasmita ( 1991), yang masih mendapatkan koperasi dengan kondisi:
1. Fungsi dan tujuan koperasi tidak seperti yang diinginkan para anggotanya.
2. Struktur organisasi dan pengambilan keputusan sukar dimengertidan dikontrol anggota dan dipandang terlalu rumit bagi anggota.
3. Tujuan koperasi dipandang dari sudut pandang anggota sering dianggap terlalu luas atau terlalu sempit
4. Karyawan koperasi dan para manajernya dalam menjalankan perusahaan koperasi sangat tanggap terhadap arahan pengurus dan atau pemerintah tetapi tidak tanggap terhadap arahan anggota.
5. Fasilitas koperasi terbuka juga bagi non anggota sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh anggota dan non anggota.

http://adityagumay.blogspot.com/2009/10/epenyebab-kegagalan-efisiensi-koperasi.html?m=1