Minggu, 18 Mei 2014

artikel pentingnya matakuliah bahasa indonesia diperguruan tinggi

.Pengantar Bahasa Indonesia (BI) merupakan mata pelajaran yang sudah tercantum dalam kurikulum SD, SMTP, dan SMTA. Semestinya, kemampuan berbahasa Indonesia para lulusan SMTA itu sudah memadai. Pada kenyataanya, kemampuan berbahasa Indonesia para mahasiswa, rata-rata kurang memuaskan. Kekurangan yang relatif menonjol ialah kemampuan berbahasa Indonesia secara tertulis. Oleh karena itulah pada kurikulum di Perguruan Tinggi, mata kuliah bahasa Indonesia masih perlu dicantumkan. Mata kuliah bahasa Indonesia yang dalam kurikulum lama termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Dasar Umum, dalam kurikulum baru (2006) termasuk dalam Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (SK Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 43/DIKTI/Kep/2006). Dengan demikian, pencantuman matakuliah bahasa Indonesia dalam kurikulum Perguruan Tinggi itu dimaksudkan sebagai: (1) media pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia para mahasiswa, dan (2) salah satu sarana pengembangan kepribadian para mahasiswa.
Bahasa Indonesia dan Kepribadian Bangsa Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah terbentuk dalam kurun waktu kurang lebih satu abad. Dalam perjalanan sejarah itu, seluruh akal budi, pegalaman batin manusia Indonesia terdokumentasikan dalam bahasa Indonesia. Di antara yang terdokumentasikan itu ialah nilai-nilai luhur yang khas hanya dimiliki orang Indonesia. Misalnya: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh; berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dari ungkapan itu dapat diketahui bangsa Indonesia sebagaimana tercermin dalam bahasa Indonesia menjunjung nilai-nilai persatuan, kebersamaan, dan kesetaraan. Nilai-nilai luhur yang khas milik bangsa Indonesia itulah kepribadian Indonesia. Sebagaimana keadaan bahasa Indonesia, kepribadian itu pun senantiasa bergerak secara dinamis. Meski demikian, dinamika itu hendaknya diarahkan jangan sampai mengikis jati diri bangsa. Kiranya mudah dipahami kalau dalam pelafalan kata pinjaman disesuaikan dengan sistem pelafalan bahasa Indonesia, misalnya kata publik, bungker; huruf [u] dilafalkan /U/; demikian pula sebaliknya, kata pinjaman yang dilafalkan /j/ yang dalam ejaan aslinya ditulis dengan huruf [g] dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf [j], misalnya manajer, merjer.Dalam era globalisasi, pengaruh asing tidak mungkin dihindari, namun perlu di arahkan, dipilah dan dipilih mana yang bernilai positif bagi bangsa Indonesia. Dari uraian di atas mungkin timbul pertanyaan, “Mengapa para mahasiswa masih harus mencermati masalah-masalah kebahasaan?” Dalam mencermati aspek kebahasaan, khususnya pada ragam bahasa ilmiah, seorang penulis akan dihadapkan pada masalah-masalah yang renik-renik. Misalnya masalah ketepatan ejaan: asas, kualitas, efektivitas, jadwal bukan azas, kwalitas, efektifitas, jadual, atau ketepatan tanda baca: Rumah itu kecil, tetapi indah; Meskipun di pinggiran kota, lokasinya bebas banjir, bukan Rumah itu kecil tapi indah; Meskipun di pinggiran kota, namun lokasinya bebas banjir. Sebagaimana telah diketahui, karya ilmiah berhubungan terutama dengan bahasa tulis, dan merupakan hasil olah pikir yang memerlukan kecerdasan dan kecermatan. Kecerdasan dan kecermatan berpikir itu hendaknya juga tercermin dalam pemakaian bahasanya. Dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia, sikap dan perilaku cerdas, cermat, teliti diharapkan tertanam dalam diri para mahasiswa. Perilaku cerdas, cermat dan teliti merupakan salah satu cerminan pribadi manusia profesional yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dewasa ini.

Referensi : http://eprints.undip.ac.id/20115/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar